Jika menurut Kahlil Gibran kerja itu cinta yang terlihat, maka Max Perkins berpendapat editing itu seni yang tak terlihat. Hasil kerja seorang editor hampir-hampir tak terdeteksi. Pembaca baru menyadarinya sewaktu membaca menemukan kesalahan atau merasakan tersendat-sendat. Apa sesungguhnya yang dikerjakan editor? Menjawab pertanyaan sederhana ini tidak mudah. Pertama-tama, editor itu anonim. Tak hanya hasil kerjanya tak terlihat, bahkan namanya pun tak ada di buku. Kenalkah Anda dengan almarhum Max Perkins yang ucapannya dikutip di atas? Beliau itu editornya Ernest Hemingway (peraih Nobel di bidang sastra), F. Scott Fitzgerald (pengarang Great Gatsby ), dan Tom Wolfe; tiga serangkai pendobrak tradisi sastra Amerika pada awal abad ke-20. Pernahkah pula Anda mendengar nama Robert Gottlieb yang menyunting Catch-22 dan autobiografinya mantan presiden Bill Clinton, dan setelah lebih dari 60 tahun hingga kini masih mengedit, termasuk bukunya Toni Morrison (juga peraih Nobel sastra)? Bu
Anda pasti sudah sering mendengar istilah copyediting dan proofreading . Anda mungkin juga bertanya-tanya apakah keduanya sama ataukah justru berbeda. Rambut boleh sama hitam, namun pendapat orang beragam. Ada yang menyamakan kedua aktivitas tersebut dan menganggap kedua istilah itu dapat dipertukarkan.Namun, ada pula yang menolak pendapat terdahulu. Agar jelas, mari kita tinjau pengertian keduanya. Kita mulai dengan proofreading . Proofreading atau baca pruf adalah kegiatan menemukan dan memperbaiki kesalahan yang terdapat pada proof (pruf). Proof adalah naskah yang sudah diset atau di- layout . Korektor ( proofreader ) mencari dan memperbaiki kesalahan dalam ketikan, ejaan, tanda baca, kapitalisasi, dan tata bahasa yang terdapat pada pruf. Proofreading dapat dilakukan baik secara manual maupun elektronik. Bila kita menggunakan media kertas ( hard copy )berarti proofreading dikerjakan secara manual atau tradisional. Bagaimana dengan proofreading elektronik?Hal itu cukup de