Anda pasti sudah sering mendengar istilah copyediting dan proofreading. Anda mungkin juga bertanya-tanya apakah keduanya sama ataukah justru berbeda. Rambut boleh sama hitam, namun pendapat orang beragam. Ada yang menyamakan kedua aktivitas tersebut dan menganggap kedua istilah itu dapat dipertukarkan.Namun, ada pula yang menolak pendapat terdahulu.
Agar jelas, mari kita tinjau pengertian keduanya. Kita mulai dengan proofreading.
Proofreading atau baca pruf adalah kegiatan menemukan dan memperbaiki kesalahan yang terdapat pada proof (pruf). Proof adalah naskah yang sudah diset atau di-layout. Korektor (proofreader) mencari dan memperbaiki kesalahan dalam ketikan, ejaan, tanda baca, kapitalisasi, dan tata bahasa yang terdapat pada pruf.
Proofreading dapat dilakukan baik secara manual maupun elektronik. Bila kita menggunakan media kertas (hard copy)berarti proofreading dikerjakan secara manual atau tradisional. Bagaimana dengan proofreading elektronik?Hal itu cukup dengan menggunakan fail berformat PDF dan dibantu dengan aplikasi gratisan Acrobat Reader. Anda dapat pula menggunakan software tata letak (InDesign atau QuarkXPress) atau aplikasi PDF editor seperti Acrobat Pro. Namun bila menggunakan cara itu, klien tidak dapat men-track perubahan yang dikerjakan.
Kini beralih ke copyeditng. Seperti namanya, copyediting adalah kegiatan merevisi dan memperbaiki copy (naskah atau manuskrip). Copy adalah naskah dari penulis yang belum diset. Copyeditng meliputi mechanical editing seperti memperbaiki salah ketik, salah eja, dan segala sesuatu yang tidak sesuai denga gaya selingkung (house style). Namun, copyediting juga menyangkut perbaikan diksi (pilihan kata) dan kalimat agar selaras dengan pembaca sasaran. Kegiatan terakhir ini dikenal sebagai line editing atau substantive editing. Line editing membuat naskah lebih 'bersinar' (readable).
Jadi, memang ada kegiatan yang tumpang-tindih antara proofreading dan copyediting. Namun dari segi cakupan pekerjaan, copyeditng lebih luas. Tak salah bila ada yang menyebut copyediting sebagai proofreading plus. Adapun dilihat dari arus kerja (workflow), copyediting mendahului proofreading. Proofreading selalu berlangsung setelah copyediting dan layouting selesai.
Di banyak penerbit pekerjaan copyediting dan proofreading dirangkap satu orang. Mungkin, fenemena ini yang menyebabkan kebingungan membedakan kedua kegiatan tersebut. Bahkan, tak jarang editor yang sama diminta juga melakukan editing pengembangan (developmental editing). Kiranya tak berlebihan jika editor semacam itu disebut editor sapu jagat.?(Donny HF)
Agar jelas, mari kita tinjau pengertian keduanya. Kita mulai dengan proofreading.
Proofreading atau baca pruf adalah kegiatan menemukan dan memperbaiki kesalahan yang terdapat pada proof (pruf). Proof adalah naskah yang sudah diset atau di-layout. Korektor (proofreader) mencari dan memperbaiki kesalahan dalam ketikan, ejaan, tanda baca, kapitalisasi, dan tata bahasa yang terdapat pada pruf.
Proofreading dapat dilakukan baik secara manual maupun elektronik. Bila kita menggunakan media kertas (hard copy)berarti proofreading dikerjakan secara manual atau tradisional. Bagaimana dengan proofreading elektronik?Hal itu cukup dengan menggunakan fail berformat PDF dan dibantu dengan aplikasi gratisan Acrobat Reader. Anda dapat pula menggunakan software tata letak (InDesign atau QuarkXPress) atau aplikasi PDF editor seperti Acrobat Pro. Namun bila menggunakan cara itu, klien tidak dapat men-track perubahan yang dikerjakan.
Kini beralih ke copyeditng. Seperti namanya, copyediting adalah kegiatan merevisi dan memperbaiki copy (naskah atau manuskrip). Copy adalah naskah dari penulis yang belum diset. Copyeditng meliputi mechanical editing seperti memperbaiki salah ketik, salah eja, dan segala sesuatu yang tidak sesuai denga gaya selingkung (house style). Namun, copyediting juga menyangkut perbaikan diksi (pilihan kata) dan kalimat agar selaras dengan pembaca sasaran. Kegiatan terakhir ini dikenal sebagai line editing atau substantive editing. Line editing membuat naskah lebih 'bersinar' (readable).
Jadi, memang ada kegiatan yang tumpang-tindih antara proofreading dan copyediting. Namun dari segi cakupan pekerjaan, copyeditng lebih luas. Tak salah bila ada yang menyebut copyediting sebagai proofreading plus. Adapun dilihat dari arus kerja (workflow), copyediting mendahului proofreading. Proofreading selalu berlangsung setelah copyediting dan layouting selesai.
Di banyak penerbit pekerjaan copyediting dan proofreading dirangkap satu orang. Mungkin, fenemena ini yang menyebabkan kebingungan membedakan kedua kegiatan tersebut. Bahkan, tak jarang editor yang sama diminta juga melakukan editing pengembangan (developmental editing). Kiranya tak berlebihan jika editor semacam itu disebut editor sapu jagat.?(Donny HF)
Komentar
Posting Komentar